6 Oktober 2020

kelam pun hari. semakin saja orang-orang itu bicara seenaknya. mau kata anjing namun tak mirip pula. akh, kemurungan kok datang tiba-tiba? pastilah hidup mengalir demi duka. kata-kata telah lepas dari tubuhku. tanganku, jari-jariku yang hampir patah. keadaan mungkinkah mendatangkan bahagia? Cril, tolong aku. bagaimana tegapkan hati? beri tahu cara, Cril, agar kutiru bagaimana kau hidup, berkelana & mati dikenang oleh mereka juga—anjing-anjing penuh rantai—cinta hitam betul tampaknya. kok begitu, kok bisa? apakah aku dicipta dari kekelaman yang panjang. yang batas waktunya terlalu lama.

aku dengar Almost Blue, lagi & lagi. makin kutegas-katakan bahwa makin muram hari-hari ketika kau lontar kalimat-kalimat yang menusuk dadaku ini. dada yang menyimpan badai paling ramai—begini memang kehilangan engkau?—apakah kita masih bisa bercakap seperti malam pertama itu? tidak ada yang pasti memang. memang tidak ada. namun aku juga kesal & marah setengah mati ketika mendengar mereka—anjing-anjing itu menggonggong—hidup terlalu di belakang, kawan. temuilah aku di gelanggang, aku sendiri seorang!

kau juga dengar perihal itu kan? bilang pada mereka bahwa urus saja hati mereka yang belum tentu berwarna merah itu & tak perlu engkau tanya kepada mereka bahwa aku ini apa & bagaimana. sungguh, tubuh-bahasaku membenci perkataan dari mereka yang tak dapat membaca, sebab mata mereka buta! sungguh, sekali lagi, kutegas-bilangkan padamu: bahwa aku percaya engkau punya sikap yang otonom, yang gagah berani menemuiku di sebuah ruang kedap suara, ruang-ruang paling personal. antara matamu & mata seseorang.

aku sendiri seorang!

ditulis titan. ingat, di gelanggang.

Comments

Popular posts from this blog

9 Oktober 2020

AKU MERASA AKAN DISALIBKAN